Jang Hinsaek. Berdiri diatas bukit hijau sambil memejamkan matanya. Membiarkan angin sore menghempaskan pikirannya yang tenang dan mengumpulkan kembali seluruh ingatannya tentang bukit yang ia pijaki sekarang beserta segalanya yang telah lampau. Namun kenangannya mendarat pada kisah 10 tahun yang lalu ... kenangan yang begitu kental di ingatannya ...
"Janji ya, kau tak akan menyukai siapapun kecuali aku ?"
"Ng ! aku akan setia padamu, kau 'kan sudah melamarku ..."
"Besok kita menikah ya ! tunggu aku disini jam 4 sore,"
"Iya ! aku akan terus menunggumu, Yeong-sub !"
Esoknya, pukul 4 sore diatas bukit ...Gadis mungil bernama Hinsaek itu sudah menanti kedatangan 'calon mempelai pria' diatas bukit yang telh dijanjikan. Ia mengenakan kaus berwarna putih, rok putih, sepatu putih, dan ikat rambut putih ... sesuai dengan namanya, Hinsaek, yang berarti 'putih'. Ia tak sabar menanti kedatangan Yeong-sub. Ditempat lain, Yeong-sub dengan tergesa mengayuh sepedanya menuju bukit. Namun ia tak berhati - hati, ketika akan menyeberangi lampu merah ... sebuah truk besar menabraknya. Tubuh kurusnya terpental jauh dari sepedanya dan tergeletak diatas genangan darahnya sendiri. Banyak orang yang mengerumuni tubuh kurus tak berdaya itu tanpa melakukan apapun. Nyawanya tak terselamatkan dalam waktu 10 menit.________--oOo--________
Air mata menitik dipipi Hinsaek. Ia membuka matanya dan membiarkan dirinya perlahan - lahan kembali ke waktu sekarang. Bukit itu, tempat yang ia pijak, tak ubahnya seperti bukit 10 tahun yang lalu. Ia juga mengenakan pakaian yang sama persis dengan waktu itu. Ketika ia membalikkan tubuhnya, ia melihat dua orang anak kecil berdiri saling berhadapan.
"Kita menikah ya ?" tawar si bocah laki - laki."Ng ! ayo kita mulai," jawab si bocah perempuan.Bocah dihadapannya itu memasangkan cincin yang terbuat dari bunga melati ke jemari pasangannya. "Heh ?""Kata Mama, waktu menikah kita saling tukar cincin,""Kalau begitu aku juga mau pakaikan cincin itu ke Yeong-sub !""Oh~ nggak boleh ! kamu harus ngucapin janji juga !""Gimana bilangnya ?""Dengar ya, ... ayo kita menikah,""Ayo kita menikah !"Hinsaek tersenyum melihat kedua bocah itu, meski air matanya masih mengalir.
"Aku akan terus menunggumu dibukit ini sampai kau kembali ...
karena aku tunanganmu, Moon Yeong-sub ..."