Kun FamilyProfile
Name : Kun Family
Leader : Haji Amil
Likes : Chocolate, Strawberry and Coffe
No Ripping, Spamming and even Cursing!
Be what you are
Don't forget to give comments ! oh and this layout credit to :http://simpleprincess.choco-drops.com/
Thanks!
~Kun Brother :)
Pernah denger kisah tentang cinta segilima ? mungkin kedengarannya gila atau mustahil, tapi coba deh kalo kejadian ini terjadi sama kalian. Contohnya kisah yang satu ini. Sebuah kisah asli yang mungkin akan diubah menurut nama maupun lokasinya. Aku akan mencoba untuk menceritakan kisah cinta segilima, dimana seorang gadis keturunan murni Jepang ini mulai tumbuh di Negeri Matahari Terbit dan akhirnya pindah ke Negeri Sungai dan Pegunungan yang disulam diatas kain sutera.
Kisah ini berawal dari lima tahun yang lalu. Namanya Yuri Nakamura. Ia besar di bawah atap ibu kota Jepang. Terbiasa dengan hiruk – pikuknya kota Tokyo dan gemerlapnya malam Tokyo yang seakan tak pernah tidur meskipun waktu terus berjalan.
Kedua orang tuanya menaruh harapan besar padanya, agar suatu saat ketika ia besar ia bisa menjadi penerus perusahaan keluarganya yang saat ini sedang maju. Namun sepertinya ia sama sekali tak berminat dan lebih memilih untuk menekuni kesibukannya sebagai seorang composer. Lagu – lagu buatannya memang tak setenar namanya di perusahaan keluarganya, namun ia sangat mencintai perkejaannya saat ini. Terkadang, jika sang ayah mengajaknya ke kantor ia lebih memilih untuk segera melarikan diri dan menukar posisinya dengan sang adik, Yara.
Usianya kini menginjak 20 tahun. Usia yang tepat baginya untuk melanjutkan apa yang diinginkan oleh kedua orang tuanya. Mengingat ia juga mahasiswi lulusan fakultas menejemen, bukan hal yang sulit baginya untuk segera memimpin perusahaan. Namun tanpa sepengetahuan orang tuanya, ia menukar fakultasnya dengan sang adik yang terlebih dahulu memasuki fakultas kesenian. Disinilah ia kembali menemukan sosok teman masa kecilnya, Yuto Nakajima.
University of Tokyo ...
”Aku tak pernah tahu kau akan menjadi seorang presdir, kapan ?” tanya Yuto ketika keduanya sedang duduk disebuah bangku panjang taman kampus sepulang kuliah.
”Tak akan pernah,” jawabnya riangan sambil meneguk kembali air dalam botol yang ia bawa dari rumah.
”Tak akan ? Memangnya mengapa ? Ini hal yang sangat ’wow !‘ ... bahkan jika kau menjadi seorang presdir akupun turut bangga,“ tanya Yuto lagi.
Yuri mengernyitkan dahinya dan memasukkan botol minumnya kedalam tas sebelum Yuto merebutnya untuk menghabiskan sisa air dalam botol tersebut. ”Hei ! jangan bilang kau setuju kalau aku menjadi seorang presdir ! bukankah dulu kau selalu menyemangatiku untuk menjadi seorang composer. Lantas mengapa sekarang kau berubah pikiran seperti itu ?” tanya Yuri ketus.
Yuto tertawa melihat tingkah temannya yang satu ini. ”Baiklah aku akan terus mendukungmu sebagai composer,” katanya sambil menepuk – nepuk pundak Yuri. Yuri tersenyum dan memamerkan deretan giginya yang putih, lalu keduanya kembali sibuk berbincang sampai akhirnya percakapan memasuki topik sepupu jauh Yuri, Ryosuke Yamada, yang tinggal di Hokkaido.
”Ah ya, apa benar bocah itu akan datang berkunjung ke Tokyo musim ini ?” tanya Yuto penasaran.
”Hei, enak saja kau mengatakan dia itu bocah. Meskipun ia lebih muda dariku, namun dia selalu menjadi sepupuku yang baik. Terkadang jika aku mengingatnya ... membuat hatiku sakit. Dia itu anak pamanku dari istrinya yang ketiga. Ia juga sudah lama ditelantarkan oleh kedua orang tuanya. Nasibnya malang sekali ...“ papar Yuri menundukkan kepalanya. Yuto mengetuk – ketuk pelan kepala Yuri.
”Sudahlah ... jangan menjadi cengeng seperti itu. Toh, meskipun dia yang mengalaminya dia tetap tegar menjalani hidup ini,” jelas Yuto tenang. Ia merangkul Yuri dan menepuk pundak gadis itu berkali – kali agar tetap tegar, karena rupanya gadis itu sama sekali tak bisa mengubah kebiasaannya yang selalu meneteskan air mata setiap kali membahas sepupu jauhnya itu.
”HUEEEEE~ RYOSUKE ... !!!” seru Yuri keras – keras dan seketika membuat orang – orang disekeliling mereka menoleh. Mereka mengira Yuto telah menyakiti Yuri.
”Aduh Yuri ... berhentilah merengek, mereka akan mengiraku telah menyakitimu, sudahlah,” pinta Yuto sambil berusaha mendiamkan rengekan Yuri yang menjadi – jadi.
Kedekatan Yuri dengan Yuto bisa dikatakan lebih dari sebatas sahabat, karena pasalnya keduanya saling menyukai satu sama lain. Meskipun begitu, Yuto sama sekali tak punya nyali untuk mengakui perasaannya. Ia takut ditolak Yuri dan nantinya akan menghancurkan persahabatan mereka yang telah terjalin sejak dahulu.
Akhirnya, hari yang dinanti Yuri pun datang. Ryosuke sampai di Tokyo pada hari Rabu. Hari dimana Yuri sedang tak ada jadwal kuliah. Dan itu berarti ada kesempatan baginya untuk menjemput sepupunya itu di stasiun.
Pagi itu, Yuri telah rapih dan bersiap – siap mengenakan sepatunya ketika sang Ibu dan adiknya datang dari lantai atas rumahnya juga dengan rapih.
”Yuri, ingin kemana kau ?” tanya sang ibu yang kemudia meninggalkan keduan puterinya menuju dapur.
”Aku akan menjemput Ryosuke,” jawab Yuri dengan wajah berseri – seri.
”Untuk apa ? Ayah telah memintaku untuk menjemputnya terlebih dahulu,” elak Yara. Yuri segera menoleh sengit kearah adiknya yang satu itu.
”Ayah mengatakan itu ? Hah ... jangan mengada – ada Yara, semalam saja ayah yang memintaku untuk menjamput Ryosuke,” ujar Yuri tak mau kalah.
”Jadi ayah belum mengatakannya padamu ?” tanya Yara seolah menantang.
”Mengatakan apa ?” tanya Yuri yang bangkit dari duduknya.
Yara tersenyum mengejek. ”Ayah sudah tahu bahwa kau menukar fakultas denganku, dan dia juga sudah tau bahwa nilai menejemenmu itu adalah nilaiku. Mulai dari IP sampai nilai tugas, ia tahu siapa yang mengerjakannya. Dan ia juga akan segera mengirimmu ke Korea untuk melanjutkan kuliah menejemen dibawah pengawasan Bibi Imamura,” paparnya sambil meringis.
Yuri membelalakkan matanya. ”Siapa yang mengatakan itu semua pada ayah ?!” tanyanya kesal. Yara hanya memainkan matanya.
Yuri maju selangkah dan memegang kerah kaus Yara. ”Apa kau yang mengatakannya kepada ayah ?” tanyanya kepada Yara sambil menudingkan telunjuknya kearah adik semata wayangnya. Yara hanya bersikap acuh tak acuh. Karena kesal, Yuri mendorong Yara sahingga jatuh dan ia pun lari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Mengunci dirinya dan terus mengutuki adiknya dengan penuh amarah.
Pukul 10, Ryosuke dan Yara tiba di kediaman keluarga Nakamura disambut oleh Nyonya Nakamura dengan senang hati.
”Ryosuke, apa kabar ? Lama sekali tak jumpa, Nak,” sapa Nyonya Nakamura sambil memeluk kemenakannya.
”Kabar baik, bagaimana dengan Bibi sendiri ?” Ryosuke meletakkan tas ranselnya disamping sofa dan duduk dengan tenang. Yara mengambil posisi disamping Ryosuke.
”Kabar baik. Oh ya Yara, ajak Ryosuke ke kamarnya. Biarkan ia langsung beristirahat,” pinta Nyonya Nakamura. Yara dengan eloknya mengantar Ryosuke menuju kamarnya dilantai atas.
”Hei, kemana perginya Yuri ? Aku tak melihatnya sejak tadi. Bukankah hari ini ia tak ada jadwal kuliah ?” tanya Ryosuke kepada Yara.
”Yuri ? Huh ! Tak usah pedulikan dia, dia sama sekali tak membantu ayah dan ibu untuk melanjutkan masa depan perusahaan. Huh, dia benar – benar keterlaluan !”
”Sudahlah Yara. Ingat dia itu kakakmu, kakak kandungmu. Jangan usil terhadap kakakmu sendirilah,” kata Ryosuke mengingatkan Yara. Yara hanya meringis pelan, kemudian kembali menggumamkan sesuatu yang tidak jelas. Ryosuke berhenti didepan kamar Yuri yang tertutup. ”Ini kamar Yuri, kan ?” tanya Ryosuke yang menunjuk pintu kamar berwarna putih dengan tenangnya.
Yara hanya mengangguk sejenak, kemudian membukakan pintu kamar yang berada diseberang kamar kakaknya. ”Ryo ... ini kamarmu. Aku letakkan tasmu disini ya ?”
”Oh ya, terima kasih Yara. Baik sekali kau,” puji Ryosuke tulus. Yara hanya tersenyum. ”Kalau begitu beristirahatlah, aku akan turun ke bawah untuk membantu ibu menyiapkan makan siang,” kata Yara yang kemudian kembali menuruni anak tangga menuju dapur.
Ryosuke kembali menatap pintu kamar Yuri yang masih tertutup dengan rapatnya. Haruskah ia mengetuk pintu tersebut dan menyapa Yuri ? Ah tidak, sepertinya ia harus masuk ke dalam kamarnya. Ia bisa lain kali menyapa Yuri. Akhirnya ia pun masuk ke dalam kamarnya.
A BIG THANKS TO THOSE GUYS!